Kepulauan Andaman dan Nikobar, yang kini menjadi wilayah India, menyimpan jejak sejarah panjang yang menghubungkannya dengan Kesultanan Aceh Darussalam. Gugusan pulau yang dikenal oleh masyarakat Aceh sebagai "Tuko'k Ue" ini pernah menjadi bagian dari wilayah teritorial perdagangan Kerajaan Aceh, sebelum akhirnya jatuh ke tangan kolonial Eropa.
Sejarah mencatat bahwa sebelum Kesultanan Aceh, kepulauan ini juga pernah dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya dan Dinasti Chola. Namun, di era Kesultanan Aceh Darussalam, kepulauan ini memiliki peran strategis sebagai mercusuar penanda bagi kapal-kapal pedagang lintas benua.
Selain itu, "Tuko'k Ue" juga dikenal sebagai pusat bajak laut Asia Tenggara yang sering menyergap kapal-kapal pedagang Eropa. Kisah-kisah tentang perompak yang menunggu pedagang di Selat Malaka banyak diceritakan secara turun-temurun oleh masyarakat Aceh.
"Kakek saya pernah bercerita kisah turun temurun, bahwa kepulauan tersebut sering mangkal perompak yang menunggu pedagang berlayar menuju Selat Malaka.
Disana banyak pedagang yang terjebak oleh perompak jika lengah dalam berlayar dan bertransaksi hasil dagangannya," ujar Ichsan, warga Aceh.
Saat ini, kepulauan Andaman dan Nikobar secara sah dimiliki oleh India, hadiah dari Inggris. Namun, kekayaan alamnya, terutama migas, sangat melimpah.
Kepulauan ini juga memiliki banyak pohon kelapa, dan sebagian besar penduduknya masih menganut animisme, sementara sisanya adalah migran dari daratan India.
Salah satu suku terasing yang masih ditemukan di kepulauan ini adalah Suku Sentinel di Pulau Sentinel. Pulau "Tuko'k Ue" menjadi saksi bisu kejayaan kawasan Asia Tenggara, terutama Gerbang Emas Selat Malaka.
Di masa lalu, kepulauan ini sering menjadi lokasi singgah bagi para saudagar dan jemaah haji yang ingin berangkat ke Mekkah. Asal usul orang Pidie yang disebut "China Hitam" atau keturunan India juga terkait dengan sejarah kepulauan ini, di mana banyak terjadi migrasi campuran etnis India-Melayu ke Aceh.
Di era pra-kolonial abad ke-17, Kepulauan Andaman menjadi basis maritim kapal-kapal dari Maratha. Laksamana Kanhoji Angre atau Conajee Angria dikisahkan melawan kolonial dengan mengganggu rute kapal mereka melalui basis maritim di kepulauan ini.
Pada tahun 1778, Austria mendirikan koloni di Kepulauan Nikobar, setelah sebelumnya ditinggalkan oleh Denmark karena wabah malaria. Kapal "Joseph dan Maria" milik Austria berhasil menduduki empat pulau di Nikobar.
Namun, masa kolonial Austria berakhir pada tahun 1783, dan digantikan oleh Inggris pada tahun 1858. Inggris mendirikan penjara tahanan terasing, Kalapan, di Kepulauan Andaman untuk para pejuang kemerdekaan India.
Salah satu penjara peninggalan Inggris yang masih berdiri adalah Penjara Cellular di Port Blair. Jepang kemudian menginvasi kepulauan ini pada Perang Dunia II, dan menghancurkan semua catatan sebelum pergi.
Menurut penduduk asli, Jepang melakukan penyiksaan dan kekejaman selama pendudukan. Setelah perang, kepulauan ini diserahkan kepada India pada tahun 1944, dan resmi menjadi bagian dari India pada tahun 1950.
Sejarah panjang Kepulauan Andaman dan Nikobar ini menjadi bukti betapa kayanya warisan budaya dan sejarah kawasan Asia Tenggara. Jejak Kesultanan Aceh di kepulauan ini menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah Indonesia dan India.
Tidak ada komentar
Posting Komentar