Menguak Asal Nama Toba, Bukan dari Hatoban


Nama "Toba" selama ini kerap dituding berasal dari kata "Hatoban", yang dimaknai sebagai pembantu atau budak. Namun, kajian sejarah dan linguistik menunjukkan bahwa asumsi tersebut tidak sepenuhnya akurat. 

Tulisan ini bermaksud membantah anggapan bahwa kata "Toba" lebih dekat dengan istilah "Hatoban". 

Hatoban berasal dari kata toban yang berasal dari kata "Tawan" atau "Towan", yang dalam konteks kuno dapat berarti orang yang ditawan atau tawanan. Dan itu tidak berhubungan dengan kata 'toba'.

Kata "Toba" sendiri memiliki ragam pengertian dan akar sejarah yang lebih dalam. Dalam anggapan sebagian orang, toba terkait istilah "martoba" yang berarti menangkap ikan di danau. Ini adalah aktivitas yang sangat erat kaitannya dengan ekosistem Danau Toba dan masyarakat sekitarnya. Nama "Matoba" juga dikenal sebagai salah satu toponimi di Sumatera Utara. Dari sini saja terlihat bahwa "Toba" bisa mencerminkan aktivitas keseharian masyarakat dan bukan sekadar gelar sosial atau posisi tertentu.

Dada Meuraxa, sejarawan nasional asal Barus, Tapanuli Tengah, menjelaskan bahwa "Toba" berasal dari kata Arab "Taiba" yang artinya: cantik atau indah merujuk pada 'Danau yang Indah'. Taiba merupakan nama lain dari kota Madinah setelah Yatsrib. Teori ini tidaklah mengada-ada, sebab pengaruh Arab di kawasan barat Sumatera sudah terekam sejak abad ke-7 Masehi. Barus, yang dijadikan Presiden Jokowi sebagai Titik Nol Islam di Nusantara, menjadi bukti bahwa interaksi dengan dunia Islam telah berlangsung jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa. Marga Meuraxa sendiri merupakan marga keturunan Arab.

Shalawat populer "Ya Taiba" yang sering dikumandangkan umat Islam menggambarkan kerinduan akan kota suci Madinah. Kata "Taiba" dalam lagu tersebut merujuk pada Madinah sebagai kota yang bersih dan menyembuhkan. Jika dikaitkan dengan nama "Toba", kemungkinan pengaruh linguistik ini bisa jadi masuk melalui jalur dagang dan maritim yang aktif antara kawasan Arab dan Barus sejak era Sriwijaya.

Dalam khazanah Batak dan Aceh, nama "Tebe" atau "Toba" juga muncul sebagai nama marga. Di antara kelompok masyarakat Batak 27 di tanah Gayo, Aceh, terdapat marga Tebe yang diyakini berasal dari kawasan Danau Toba. Ini mengindikasikan adanya migrasi atau pertukaran budaya antara pedalaman Sumatera dan wilayah Aceh, yang bisa terjadi karena jaringan dagang dan ikatan sosial yang terbangun dari masa ke masa.

Ironisnya, meski nama "Toba" pernah menjadi bagian dari struktur marga, kini ia tidak lagi ditemukan dalam daftar resmi marga Batak. Justru, "Toba" lebih dikenal sebagai nama suku atau sub-etnis, yaitu Batak Toba. Perubahan ini menunjukkan adanya proses transformasi identitas dari marga menjadi etnonim, yang lazim terjadi dalam masyarakat tradisional ketika kelompoknya berkembang dan membentuk kesatuan sosial yang lebih luas.

Meski demikian, jejak kata "Toba" atau "Thaib" tidak sepenuhnya hilang. Di Aceh, nama ini masih digunakan sebagai bagian dari nama orang seperti Hasballah Thaib. Di Medan, terdapat pula klan Arab dengan nama Bin Tebe. Bahkan, di Sulawesi, marga Toba masih dikenal di beberapa komunitas, memperlihatkan bahwa nama ini memiliki resonansi lintas daerah yang tidak bisa diremehkan.

Orang Angkola di kawasan Tapanuli bagian selatan (Tabagsel) juga telah mengenal nama "Toba" sebagai danau sejak lama, bahkan sebelum Belanda datang. Ini menunjukkan bahwa nama tersebut bukanlah konstruksi kolonial, melainkan sudah menjadi bagian dari geografi lisan dan spiritual masyarakat lokal jauh sebelum peta modern digambar. 

Angkola sendiri merupakan masyarakat Mandailing yang menetap di daerah Batang Angkola sebuah nama yang terkait serangan Rajendra Chola. Apakah nama Toba atau Taiba sudah dikenal sejak Chola abad ke-11?

Masyarakat Minangkabau memiliki tradisi lisan yang menyebut nama "Tubba" sebagai bentuk yang lebih tua dari "Toba". Dalam beberapa legenda, disebutkan istilah "Tubba nan Ampek" yang merujuk pada empat kelompok tua: Sumba, Pohan, Lottung, dan Tambak, yang masih dikenal dalam kronik Barus. Sementara orang Pakpak mengenal nama kuno "Tebba", yang memiliki kesamaan fonetik dengan Tubba dan Toba.

Tubba sendiri adalah nama seorang raja dari Yaman kuno, yang dipercaya memiliki hubungan dagang dan maritim dengan kawasan Barus dan pesisir barat Sumatera. Ini semakin memperkuat dugaan bahwa nama "Toba" memiliki akar sejarah yang sangat dalam, bahkan mungkin berasal dari interaksi dengan kebudayaan Arab selatan pada masa silam.

Dalam bahasa Batak, kata "martubba" atau "martumba" berarti menari atau manortor. Beberapa kepercayaan lokal di Mandailing meyakini bahwa tortor, tarian sakral Batak dan Mandailing, memiliki akar yang sangat tua bahkan dikaitkan dengan era Nabi Sulaiman dan istrinya, Ratu Saba (Bilqis), yang juga berasal dari Yaman. Meski ini merupakan tafsir spiritual, namun narasi ini memperlihatkan betapa panjangnya lintasan kultural yang membentuk identitas Batak.

Lebih jauh, teori tentang orang Sayabiga—kelompok maritim dari Nusantara kuno (Zabag/Sriwijaya) yang disebut dalam sumber-sumber Arab—juga memperkuat kemungkinan bahwa leluhur masyarakat sekitar Barus, Danau Toba dan Sumatera pada umumnya memiliki hubungan langsung dengan peradaban pesisir Oman dan Yaman. Mereka diduga membangun perkampungan-perkampungan di sana, sebagai bagian dari diaspora maritim Nusantara yang mendunia sebelum era kolonial.

Dengan begitu, sangat kecil kemungkinan bahwa kata "Toba" berasal dari "Hatoban" atau "Toban" dalam arti sempit. Hipotesis ini lebih merupakan konstruksi modern yang lahir dari kebutuhan mencari makna lokal tanpa mempertimbangkan lintasan sejarah panjang dan jaringan budaya yang lebih luas.

Menganggap "Toba" sebagai warisan dari kata "hatoban" justru mengerdilkan makna yang jauh lebih besar. Ia menyederhanakan sejarah menjadi narasi sempit yang terjebak pada fungsi lokal, alih-alih melihat dinamika global dan pengaruh lintas budaya yang telah membentuknya.

Dalam studi toponimi dan identitas suku, setiap nama memiliki jejak peradaban. Toba tidak hanya nama danau, tapi juga saksi bisu dari interaksi panjang antara peradaban Nusantara, jazirah Arab, dan dunia Melayu yang kompleks. Membatasi maknanya hanya pada satu tafsir lokal akan memiskinkan pemahaman kita terhadap sejarah sendiri.

Sudah waktunya merevisi narasi asal-usul yang terlalu disederhanakan dan membuka ruang untuk pengetahuan baru yang lebih beragam dan terhubung dengan sejarah maritim Asia Tenggara. Karena nama Toba bukan hanya tentang geografi, melainkan tentang lintasan panjang manusia, bahasa, dan spiritualitas yang melintasi samudra.

Pengetahuan ini mengajak kita untuk tidak mudah percaya pada satu versi sejarah saja, apalagi jika versi itu terkesan mereduksi kedalaman warisan budaya kita sendiri. Di balik nama "Toba", tersimpan kisah besar peradaban yang belum selesai digali sepenuhnya.

Baca:

1. AM Harahap: Nama Danau Toba Sudah Disebut oleh Orang Batak Angkola Sejak dari Doeloe: Junghuhn yang Berasal dari Jerman Hanya Sekadar Mencatat

http://akhirmh.blogspot.com/2016/05/nama-danau-toba-sudah-disebut-oleh.html?m=1

2. Perang Saudara di antara Orang Karo Kuno, Keturunan Chola dll

https://www.facebook.com/share/p/1ApDeZGPvV/

3. Simbol Tapak Nabi Sulaiman AS dalam budaya Batak

https://www.facebook.com/share/p/16aGfbmJmg/

4. Orang Persia dan Arab di Tanah Batak dan Pakpak

https://www.facebook.com/share/p/16XEWBRFXh/

5. Kata Toba berasal dari Hatoban, asumsi pertengkaran..

https://www.facebook.com/share/p/1824u6ZnTN/

6. Pergeseran makna Batak dan Toba

https://www.facebook.com/share/p/16idUe1efc/

7. Tentang Toba dan Tubba

https://www.facebook.com/share/p/1AGuXZKFv6/

8. Mengapa orang Toba disebut Batak?

https://www.facebook.com/share/p/1B71a6K8Pb/

9. Istilah Tabik, Tabe dll

https://www.facebook.com/share/p/1E6E6LtPxY/

10. Polemik asal usul tortor

https://www.facebook.com/share/p/1DtQE7UWh6/

11. Marga Toba di luar komunitas Batak

https://www.facebook.com/share/p/16qzQB8rjC/

12. Tulisan dari bendera Raja di Negeri Toba terakhir

https://www.facebook.com/share/p/1C3KjnHfh6/

13. Sejak Kapan orang Batak Naik Haji?

https://www.facebook.com/share/p/1CR5UEXGGf/

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beranda