Indonesia Bisa Kembangkan KAAN Jadi Generasi Enam


Keterlibatan Indonesia dalam program jet tempur siluman KAAN produksi Turki bukan hanya soal pembelian atau alih teknologi terbatas, melainkan bisa menjadi pintu masuk menuju pengembangan jet tempur generasi keenam di masa depan. Hal ini sangat mungkin diwujudkan jika Indonesia mampu mengintegrasikan hasil kerja sama dengan Korea Selatan dalam proyek KFX atau KF-21 dan pengalaman yang diperoleh dari kolaborasi dengan Turki melalui program KAAN.

KF-21 dan KAAN sama-sama merupakan jet tempur generasi 4.5++ dengan kemampuan siluman, avionik modern, dan persenjataan canggih. Secara performa dan desain, keduanya bahkan memiliki kemiripan dalam bentuk fisik, sistem elektronik, dan rencana modularitas untuk peningkatan di masa depan. Jika Indonesia suatu saat mampu memproduksi kedua platform ini secara lokal, maka negeri ini akan memiliki dua sumber pengetahuan sekaligus yang sangat kuat untuk loncatan teknologi berikutnya.

Dari sisi teknologi manufaktur, Indonesia sudah menunjukkan kematangan dalam memproduksi struktur dan badan pesawat dari berbagai jenis, termasuk pesawat sipil dan militer. Jika blueprint KAAN diberikan, dan kelak blueprint KF-21 juga dibuka, maka insinyur Indonesia akan memiliki dua platform strategis untuk dijadikan dasar pengembangan jet tempur generasi keenam—baik dari sisi desain aerodinamis, integrasi sensor, maupun teknologi kecerdasan buatan.

Penggabungan dua ilmu dari proyek Turki dan Korea Selatan inilah yang menjadi peluang emas. KAAN dan KF-21 sama-sama dirancang dengan konsep “open architecture” dan modular, sehingga memungkinkan peningkatan terus-menerus ke arah lebih canggih. Bila Indonesia menjadi salah satu produsen atau co-developer aktif, maka kemampuan rekayasa teknologi nasional akan terdorong naik satu tingkat ke spektrum sistem senjata masa depan.

Untuk melangkah ke pesawat generasi keenam, Indonesia perlu memfokuskan penelitian pada sejumlah elemen utama seperti teknologi drone loyal wingman seperti desain i-22 Sikatan buatan Infoglobal, kecerdasan buatan dalam sistem avionik, stealth tingkat lanjut, integrasi senjata energi (directed energy weapons), serta kemampuan tempur jaringan (combat cloud). Semua ini hanya dapat dicapai jika ada basis teknologi kuat yang dibangun dari platform generasi 4.5 seperti KAAN dan KF-21 untuk mencipatakan LFX generasi keenam sebsgaimana dulu dicancang Lapan (BRIN).

Insinyur Indonesia harus segera belajar dan mempelajari teknologinya dan tidak hanya berpuas diri hanya pada proses perakitan. Pengalaman Korea Selatan dalam membuka sebagian desain KF-21 ke Indonesia, serta kemungkinan Turki berbagi teknologi KAAN melalui produksi bersama, harus direspons cepat. Bila tidak, maka kesempatan membangun fondasi untuk jet generasi keenam bisa hilang ditelan waktu dan dominasi negara besar.

Langkah yang bisa ditempuh adalah membentuk tim khusus di bawah Kementerian Pertahanan atau BRIN yang bertugas menyatukan hasil kerja sama dari dua proyek jet tempur tersebut, dan mulai merumuskan kerangka pengembangan sistem pesawat masa depan buatan Indonesia sendiri. Basis desain bisa menggunakan struktur KAAN, sementara pengalaman KF-21 bisa dimanfaatkan untuk avionik dan sistem elektroniknya.

Perlu dicatat bahwa negara seperti Inggris, Jepang, dan Italia juga memulai pengembangan jet tempur generasi keenam dari basis pesawat generasi sebelumnya. Jadi tidak mustahil jika Indonesia, dengan dua jalur kerja sama sekaligus, bisa menyusul di belakang mereka—setidaknya dalam pengembangan versi lokal yang menggabungkan unsur drone otonom, radar AESA mutakhir, serta kemampuan stealth all-aspect.

Bahkan secara strategis, bila KAAN dan KF-21 berhasil dirakit penuh di Indonesia, maka negeri ini akan menjadi satu-satunya negara di luar NATO yang mengoperasikan dua jenis jet tempur semi-siluman dari dua poros besar. Hal ini akan sangat berharga dalam proses perbandingan teknologi dan pengambilan keputusan desain masa depan.

Transformasi dari generasi 4.5 menuju 6 memang bukan lompatan kecil. Namun bila Indonesia membangun roadmap jangka panjang dan memanfaatkan kemitraan dengan Turki dan Korea Selatan secara maksimal, maka tahap awal menuju generasi keenam bisa dimulai dari sekarang—yaitu dengan menguasai penuh produksi struktur pesawat, sistem integrasi persenjataan, dan pengembangan software tempur buatan dalam negeri.

Selama ini, salah satu kendala Indonesia adalah keterbatasan akses terhadap mesin dan sistem elektronik. Namun dengan menempatkan lebih banyak insinyur Indonesia di dalam proses perancangan dan produksi jet seperti KAAN dan KF-21, maka transfer keterampilan akan terjadi secara organik. Generasi baru perancang pesawat pun akan lahir dari pengalaman langsung, bukan sekadar pelatihan.

Indonesia juga perlu membentuk konsorsium baru, seperti dulu pernah dilakukan untuk N-250, namun kali ini harus berbasis pada proyek jet tempur dan berorientasi pada pengembangan generasi enam. Kolaborasi bisa melibatkan PTDI, LEN, Pindad, LIPI/BRIN, hingga perguruan tinggi teknik utama di seluruh Indonesia. Peran Kementerian Pertahanan sangat vital sebagai penyandang kebutuhan operasional sekaligus pengarah tujuan strategis nasional.

Jika langkah ini dilaksanakan, maka dalam waktu 10–15 tahun ke depan Indonesia bisa meluncurkan prototipe pesawat tempur generasi baru yang berbasis pengalaman dari KAAN dan KF-21 namun dikembangkan sepenuhnya oleh anak bangsa. Bahkan jika tidak bisa disebut sebagai generasi keenam penuh, setidaknya akan menjadi "generasi 5.5" yang disesuaikan dengan kebutuhan kawasan Asia Tenggara.

Penting juga untuk mendorong kebijakan pemerintah dalam membuka akses pembiayaan riset teknologi pertahanan. Dana abadi untuk riset dirgantara militer harus dibentuk untuk membiayai riset jangka panjang, termasuk simulasi digital, uji aerodinamik, dan pengembangan radar aktif.

Dengan pendekatan strategis dan kemauan politik yang kuat, Indonesia punya peluang unik untuk tidak hanya menjadi produsen pesawat tempur, tetapi juga menjadi pelopor pengembangan jet tempur generasi masa depan berbasis desain KAAN. Potensi ini terlalu berharga untuk dilewatkan di tengah terbukanya pintu kolaborasi teknologi dengan dua negara maju sekaligus.


Baca selanjutnya

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Beranda