Sistem kereta api diketahui adalah moda trasportasi massal yang bertujuan mengangkat harkat martabat dan mobilitas warga kelas menengah ke bawah.
Maka tak heran sistem kereta api Tiongkok maju pesat karena memang penduduknya cukup banyak.
Amerika Serikat saat ini mempunyai tantangan yang besar dalam membangun sistem kereta api dengan makin makmurnya rakyat ditambah ketersediaan mobil listrik yang hemat energi.
Walau begitu, sistem kereta api di AS dapat bertahan karena fokus untuk angkutan komoditas dan barang sehingga menekan harga.
Di Jepang juga banyak stasiun kereta api yang tutup karena semakin berkurangnya penumpang. Namun negara ini mempunyai sejumlah inovasi yang dapat mempertahankan okupansi penumpang misalnya dengan kereta api cepat dan kereta api mewah untuk kalangan atas.
Di Indoensia, selain kereta Jabodetabek, pembanguna kereta di daerah sudah lebih ke gengsi karena kurang menguntungkan.
Apalagi naik kereta menjadi lebih mahal daripada naik bis.
Berbeda dengan di India di mana harga yang lebih murah membuat sistem kereta api mereka maju pesat walau tidak sedahsyat Tiongkok.
Naik kereta api di India bisa lebih murah 50 persen dari naik bis dari satu kota ke kota lainnya dengan jarak yang sama.
Masalahnya adalah begitu banyak penumpang sehingga harus booking terlebih dahulu. Beda dengan bis di mana penumpang bisa pergi pada saat dia berkeinginan untuk memulai perjalanan.
Dalam kasus Qatar misalnya, penduduk aslinya hanya 300 ribu dan semuanya sudah sangat makmur. Sehingga sistem kereta api mereka harus mengandalkan penumpang dari kalangan pekerja yang jumlahnya hampir 3 juta.
Namun, para pekerja itu juga hanya mempunyai waktu liburan di akhir pekan. Di saat inilah kereta api Qatar meraup untung.
Beda dengan sistem metro Qatar di dalam kota yang memang sangat dibutuhkan oleh mereka ke tempat kerjanya.
Uni Emirat Arab dan Arab Saudi membangun sistem kereta api mereka dengan fokus untuk angkutan barang khususnya tambang.
Ini menghemat perusahaan dan negara menyewa supir dari luar negeri.
Keuntungan lainnya adalah tentunya menyediakan lapangan kerja di sektor ini bagi warga lokal termasuk masinis, teknisi kereta apa dan lain sebagainya.
Uni Emirat Arab yang mempunyai visi pasar ekspor malah telah memperkuat perusahaan kereta api mereka dengan riset dan pengembangan.
Sehingga suatu saat UAE tidak lagi menjaid pasar untuk industri lokomotif tapi bisa menjadi pemain dalam industri ini.
Bahkan Dubai telah melirik teknologi Hyperloop walau dalam skala kecil.